Wisata Surabaya (WS)

Penyambung lidah milis [wisatasurabaya], untuk berbagi cerita wisata di surabaya dan sekitarnya, pengobat rindu di kala jauh dari kampung halaman, info bagi yang akan mengunjungi surabaya, pegangan menghabiskan malam minggu sambil jalan-jalan, dan mungkin akhirnya menjadi satu keluarga besar, keluarga besar pecinta surabaya :).

Mlaku-mlaku yok.

Jumat, Agustus 03, 2007

Battle of Sego Goreng

20 April 2005,

Penulis: Herry SW

------
Battle of Sego Goreng alias Pertempuran Nasi Goreng akhirnya berhasil direalisasikan oleh beberapa anggota Jalansutra di Surabaya, 20 April lalu.

Pertempuran yang berlokasi di sebuah rumah di Jl Klimbungan IV Surabaya itu melibatkan 4 jenis nasi goreng dan 7 partisipan. Nasi goreng berasal dari:
1. Nasi goreng Laksana Jaya di kawasan Surabaya Utara. Nasi goreng ini bagi orang Surabaya, mungkin juga rekan dari kota lain, tergolong nasi goreng merah. Pasalnya, saus tomat yang merah dijadikan salah satu bahan bakunya. Ada pula potongan udang untuk melengkapi irisan daging ayam.

2. Nasi goreng pojokan Stasiun KA Gubeng
Satu porsi Rp 4.000, sudah termasuk telur dadar yang tipis plus kerupuk udang. Sama dengan nasi goreng Laksana Jaya, nasi goreng Gubeng ini tergolong nasi goreng merah.

3. Nasi goreng Walikota Mustajab
Nasi gorengnya bukan merah, melainkan cokelat. Dicampur dengan sedikit mie, lantas disajikan dengan irisan telur ayam rebus.

4. Nasi goreng Simolawang, depan GOR Sahabat
Tampilannya serupa dengan nasi goreng Walikota Mustajab. Baik nasi goreng Walikota Mustajab maupun nasi goreng Simolawang pantas menyandang julukan nasi goreng Jawa (setidaknya Jawa Timur, karena bila dibandingkan dengan nasi goreng Jawa Tengah memang berbeda). Harga Rp. 5.000,-/porsi.

Partisipan pertempuran terdiri atas:
1. Pak Rudy Sujanto
2. Ibu Erni
3. Pak Herru
4. Pak Jimmy
5. Pak Tjipto
6. Mbak Yuyun
7. Saya sendiri, Herry SW

Supaya lebih adil, adu nasi goreng dibagi dalam dua kelas. Kelas pertama nasi goreng merah, sedangkan kelas kedua nasi goreng non-merah (alias nasi goreng cokelat).

Menurut partisipan, nasi goreng Laksana Jaya lebih sedap dan menggoyang lidah. Salah satu faktornya, barangkali adanya potongan udang. Secara umum nasi goreng tersebut mengarah ke nasi goreng ala Chinese Food.

Meski demikian, nasi goreng Gubeng juga mendapatkan catatan tersendiri. Nasi goreng yang terasa pedas di lidah itu paket standarnya telah dilengkapi dengan kerupuk udang!

Bagaimana dengan nasi goreng cokelat? Menentukan nasi goreng cokelat yang favorit ternyata tak semudah menetapkan nasi goreng merah favorit. Sempat terjadi perdebatan di antara partisipan. Namun, akhirnya lahir pula penilaian bahwa nasi goreng Simolawang berhasil membuat nasi goreng Walikota Mustajab bertekuk lutut. Salah satu dasar pertimbangannya, nasi goreng Simolawang lebih kaya rasa.

Untuk menggelontor nasi yang barangkali tersendat di kerongkongan, tersedia Coca Cola, Sprite, es batu, plus Aqua. Sedangkan sebagai penambah selera, Mbak Yuyun membawa udang berbalut tepung (apa ya namanya, Mbak?) dan semacam lumpia (saya juga nggak tahu namanya. Mbak Yuyun.... tolong dijelaskan dong).

Usai perut terisi, partisipan melakukan berbagai perbincangan santai. Mulai pengalaman naik gunung hingga berdiskusi tentang rencana menonton lelang bandeng, karapan sapi, dan ludruk. Tampaknya, yang bakal direalisasikan adalah nonton ludruk. Waktu dan tempat belum ditentukan.

Sempat pula disinggung, usai bebek goreng dan nasi goreng, apa lagi makanan yang bakal ditandingkan. Ide yang sempat tercetus, antara lain, pangsit mie, soto, dan sate. Tetapi, sampai pertempuran berakhir, kami memang sengaja belum memutuskan apa pun.

Tanpa terasa, pertempuran yang dihelat mulai sekitar pukul 19.30 telah berlangsung hampir 3 jam. Beberapa menit menjelang pukul 22.30 partisipan, kecuali Pak Rudy dan Bu Erni, meninggalkan medan laga.

Sekian sedikit laporan singkat dari saya. Mohon maaf kalau tulisan ini jauh dari sempurna. Maklum, masih belajar. :)

Tidak ada komentar: