Wisata Surabaya (WS)

Penyambung lidah milis [wisatasurabaya], untuk berbagi cerita wisata di surabaya dan sekitarnya, pengobat rindu di kala jauh dari kampung halaman, info bagi yang akan mengunjungi surabaya, pegangan menghabiskan malam minggu sambil jalan-jalan, dan mungkin akhirnya menjadi satu keluarga besar, keluarga besar pecinta surabaya :).

Mlaku-mlaku yok.

Jumat, Agustus 03, 2007

Kampoeng Bamboe

Maret awal 2005, Penulis: Jimmy

Dag, dig, dug juga sih (kayak mo ketemu pacar aja huahaha). Maklum sebagai ‘barang baru’ kan ada kuatir kalo di kerjain oleh para ’sesepuh’, en ternyata memang bener2 dikerjain disuruh bikin review.
Alamaaakkkk… nggak ada persiapan blas, dul. Tiwas nggak inget dengan cita rasa makanan, speciality-nya, dll. Meskipun udah dengan semangat’45 nolak2. Tapi dengan ancaman ‘halus’ akan di-ban oleh Mod, apalagi peserta yg lain dengan aklamasi menyetujui, akhirnya mo tidak mau harus mau :( hikss.

Acara jam 19.00, saya tiba jam 19.30. Mampir ke ATM dulu, ngisi perbekalan rek. Seperti biasa, begitu sampe di meja, langsung kenalan. Ada Heru, Astri, bu Erni, Yuyun, saya sendiri, Anwar (yg datang sesaat sebelum the feast began, Just In Time hehehe), Rudy, Pak ? (saya lupa namanya), Yohan, Pak ? (lupa juga). Terus waktu mau selesai makan, juga tambah 1 peserta lagi. Impresi pertama, wow ternyata saya yang paling muda nih, padahal saya aja sudah 1/4 abad lebih hehehe. Tapi mereka semua tampak awet muda, seger, dan konyol huahaha. Bayangin, dari mulai sampe akhir ketawa-ketiwi terus (kecuali waktu ngunyah dan nelan tentunya).

Menune
Nggak lama setelah Pak Anwar tiba, makanan keluar. Patin Woku dalam mangkok yg besar, kuahnya seperti lodeh tapi lebih hijau dan berisi ikan patin (yo jelas toh, kalo isinya kakap nanti namanya kakap woku hehehe).

Karena ini resto seafood (ngakunya sih), keluar juga Kepiting. Kepitingnya 2 ekor, lumayan besar juga dengan bumbu berwarna merah yang banyak (serasi dengan tema imlek tuh).
Ikan sudah, kepiting juga, tentu nggak lengkap tanpa udang kan. So, keluarlah tuh Udang Goreng tepung. Porsi waktu itu berisi sekitar 6-8 ekor (kelihatannya udang size 25 ya mbak Yuyun?).
Gurami goreng sebagai pelengkap daging-dagingan. Prediksi saya, berat gurami tersebut antara 7-8 ons. Lumayan lah.

Kata dokter, kalau makan harus seimbang antara asupan protein dan serat. Lah kok ya kebetulan juga ada member dokter (yg segera akan jadi asset yg sangat berharga bagi milis ini). Cah Kangkung dam Cah Tauge sebagai penyeimbang serat.

Icipane Rek
Secara garis besar, selain Patin Woku, tidak ada yang terlalu istimewa dari makanannya. Salah pesan menu kali ya.

Toge dan kangkungnya standar aja. Kalo misalnya toge dikasih ikan asin pasti naik level sudah, apalagi kalo kangkungnya lebih gurih lagi (ditambah opo yo cak Yo? Tambah saus tiram?). Porsi sayurannya cukup banyak, kalo pesertanya tidak terlalu doyan sebagai herbivora hehehe.
Untuk kesegaran sayurnya, okelah. Kangkung dan togenya krius.. krius (huahahaha bahasane rek), renyah (nah ini sing bener), tidak keras, dan nggak layu. Oh ya, mungkin kalo misalnya tuh sayur dikasih rasa pedas, akan semakin baik.

Ngomong2 soal pedas, diatas meja, sejak semula sudah tersedia 2 macam sambal. Kesatu adalah seperti sambel bajak, kedua adalah potongan tomat diberi lombok dan bawang. Saya suka dengan yang kedua. Asam tomatnya bisa jadi penyegar, ditambah rasa pedas di sela-sela lidah dan gurihnya bawang putih. Saya coba kombinasikan cuil-an gurami goreng plus sambel tomat itu dan sejumput nasi putih yg panas. Hmmm…. nikmate rek.

Berhubung umumnya sup adalah sebagai pembuka, maka menu pertama yang saya sikat (hehehe) adalah Patin Woku. Ikannya cukup banyak dan besar, empuk lagi. Rasa kuahnya dominan asam. Saya sruput kuah tersebut selagi panas. Slurrrpp….. Asyik. Asamnya bisa menjadi pembangkit nafsu makan. Teman-teman, terutama Cak Yo, memberikan komentar paling baik untuk woku tersebut. Puas merasakan Woku tersebut.

Eh… begitu cak Yo membuka acara ’sikat habis’ tiba-tiba meja kami menjadi senyap, hanya terdengar bunyi sendok beradu dengan piring. Tak lupa “tolong ambilkan itu dong” dan ungkapan serupa lainnya. Cuma, suasana “syahdu” tersebut nggak bertahan lama. Mbak Yuyun dan Cak Yo memang jago bikin perut sakit akibat tergelak.

Lagi asik makan, kami terus ngobrol soal jembatan Surabaya-Madura. Tiba-tiba ada yang komentar bahwa sebenernya teman-teman Madura itu rajin membaca dan pintar-pintar. “Lah kok bisa?” Tanya kami. “Lah iya, coba denger kalo mereka beli Koran, kan mintanya lima kilo sekaligus” jawabnya. Huahahaha… kontan kami ketawa ngakak (sampe ditolehi sama sebelah ruang lho). Memang guyon saja (no hard feeling please), maksudnya lima kilo itu beli koran loakan untuk bungkus barang tentunya hehehe.

Tema “Jembatan Suramadu” emang pas bener jadi pengocok perut. Jokes standar seperti “WC terpanjang di dunia” dan “Mur hilang” cukup menyegarkan.

Eh kok ya, kemudian tercetus ide gila untuk “Tour de Meduroo”. Akhirnya tambah gayeng diskusinya. Nah waktu diskusi soal tour ini, kami merasakan manfaat adanya seorang dokter di acara tersebut. Hehehe bisa dimintai bantuan untuk mbolos kantor dengan surat dokter huahahaha (becanda lagi, tapi kalo serius asik juga lho).

Ditengah ngobrol, kami nambah patin woku lagi dan Gurami Bakar Rica. Gurami Rica ini lebih memuaskan dibandingkan gurami goreng biasa. Saya jadi ingat belum nyoba kepitingnya. Alhasil, sisa kepiting, ditandaskan oleh saya dan Pak Anwar (emang sudah sisa sedikit kok hehehe). Rasa yang dominan adalah rasa bawang, ada sedikit rasa manis, asam dan pedas. Tidak terlalu istimewa.
Kalo mo coba masak kepiting ini, Cak Yo dengan canggihnya berhasil klon resep tersebut hanya dalam 1 malam (hanya berdasar hasil incip-incip itu aja). Two thumbs up Cak. Keliatannya saya masih harus nyantri agak lama dengan Cak Yo untuk urusan masak-memasak (punya resep BBQ nggak? Saya doyan ujicoba resep BBQ soalnya).

Terparah adalah udang. Rasanya hambar. So plain hiks. Saya tidak rekom utk pesan ini.

Kampoeng yo Kampoeng, mung ra ngampoeng (Atmosfir)
Kampoeng Bamboe mencoba untuk mengusung tema “Restaurant bernuansa Alam Pedesaan nan Sejuk dan Artistik”. Cuma rasanya, masih jauhlah untuk disebut berhasil menghadirkan suasana desa. Di sekitar resto hanya ditanam bambu. Meja, kursi, dan desain interiornya banyak bernuansa kayu. Ada juga ruang untuk lesehan. Nuansa pencahayaannya kurang
hangat/romantis menurut saya. Coba kalo dikasih lebih banyak lampu kuning/pijar (bukannya neon putih), pasti lebih asik.

Live Music-nya juga kok rasanya tidak pas ya. Untuk alam pedesaan, masak pake musik band? Bagaimana kalo musik gamelan plus gending jawa. Mungkin lebih bisa membangun atmosfir pedesaan djawa masa laloe.

Oh ya, tersedia juga ruang tertutup lengkap dengan AC.

Segment konsumen yang dibidik adalah dari kelas menengah (petite bourgeois hehehehe) dan kelas atas (dugaan saya dari harga dan faktor lainnya). Biasanya “kelas atas” kan lebih mementingkan suasana daripada rasa. Kalo memang itu yg dituju oleh Kampoeng Bamboe, well, mereka sudah berada pada jalan yang benar hahaha. Tapi bagi budget avonturir kuliner (Terjemahan: petualang cita rasa yang mementingkan pada rasa produk), agaknya, perlu mikir ulang untuk makan ditempat ini.

Dalane (Akses Transportasi)
Untuk aspek ini, Kampoeng Bamboe dengan baik menyiapkan lahan parkir utk 60 mobil (sepeda motornya berapa ya?). Lalu lintas di jalan tersebut lancar (pada malam hari). Alternatif mencapai jalan dharmahusada tersebut juga cukup banyak, misalnya bisa lewat Jalan Kertajaya, Dharmawangsa (sampe ujung, terus belok kanan), Prof. Dr. Moestopo? (jalan depannya PDAM, bener nggak), ato dari Kalijudan. Jalannya cukup lebar.

Mulih lan rencana liyane (Pulang & What next)
Wah nggak kerasa, sudah jam 22, kami harus segera cabut pulang. Manfaat nyatanya adalah rasa senang bisa kumpul2 dengan penggila kuliner, tambah temen dan kenyang. Manfaat potensial adalah rencana “Tour de Maduroo” dan janji promosi produk Udang-nya Mbak Yuyun (again hehehe).

Investasi per-orang adalah Rp. 39.000,-. Ada 10 peserta yg makan dengan total kerusakan Rp. 394.000,-.

Well, Maduraaaa…. Here we come hehehehe :)

Tidak ada komentar: