Wisata Surabaya (WS)

Penyambung lidah milis [wisatasurabaya], untuk berbagi cerita wisata di surabaya dan sekitarnya, pengobat rindu di kala jauh dari kampung halaman, info bagi yang akan mengunjungi surabaya, pegangan menghabiskan malam minggu sambil jalan-jalan, dan mungkin akhirnya menjadi satu keluarga besar, keluarga besar pecinta surabaya :).

Mlaku-mlaku yok.

Jumat, Agustus 17, 2007

[Review] Festival Rujak BG Junction: Bagian 2

Yang tersisa dari Festival Rujak di BG Junction tgl 10 - 12 Agustus 2007 lalu:
Ini baru kenal lho... Langsung akrab :D















Ada yang mau makan cingurnya?












Bu Nur Aini sedang mempersiapkan bumbu rujak cingur




















Peserta Kopdar pertama wisatasurabaya (- aku yang lagi motret)

Selasa, Agustus 14, 2007

[Review] Festival Rujak BG Junction: Bagian 1

Ini laporan singkat sesingkatnya dari acara Festival Rujak yang diadakan di BG Junction tgl 10 – 12 Agustus 2007, sekaligus kopdar pertama milis wisatasurabaya.



Penulis: Astri dan Vina

Saya yang berniat mencari sarapan pagi datang 1 jam lebih awal dari perjanjian pukul 11.00, sambil sarapan Mie Pangsit, saya jadi bisa melihat para peserta festival sedang menyiapkan dagangannya. Ternyata Manda agak2 salah kasih info, banyak foodcourt yang masih tutup pada pukul 10.00, dan peserta festival baru benar2 siap pada pukul 11.00.

Oya Festival kali ini diikuti oleh 5 peserta yaitu Rujak Manis Kartika, Rujak Madura Reng Oneng, Rujak Cingur Plaza Surabaya, Rujak Cingur Sedati, dan Rujak Soto Banyuwangi.

Setelah teman2 datang (Herru n Cipto disusul dengan Pak Rudy n Bu Erni. Pei2 menyusul soalnya masih adaptasi dengan kacamatanya) mulailah kita bergerilya memesan rujak, untuk babak pertama yang dipesan Rujak Cingur Sedati dan Rujak Cingur Plaza Surabaya, Rujak Soto dan Rujak Madura. Gimana soal masing2 rasa? Untuk rujak cingur kami lebih menjagokan Rujak Cingur Plasa Surabaya karena bumbunya lebih pas, tidak ada rasa manis sama sekali, sedangkan RC Sedati ada rasa2 manis yang timbul yang kemungkinan muncul dari penggunaan kecap manis. Rujak Madura saya sendiri agak males mencicpi karena saat dicoba oleh kawan2 yang lain rasa vetsinnya kencang sekali :( Rujak Soto? Hmmm… Gimana ya? Jadi itu Rujak Soto itu rujak yang disiram dengan kuah soto. Rasanya sih jadi kayak makan soto dengan isi rujak bukan daging. Kalo saya pribadi saya gak akan mesan lagi… Gak tau yang lain, mungkin ada pendapat?

Stelah semua rujak yang dipesan pertama kali habis, barulah saya memesan 1 porsi rujak manis untuk dishare dengan kawan2 yang lain. Jadi penetral rasa asin dari rujak2 lain yang dipesan. Bumbunya menggunakan gula merah dan kacang.

Setelah selesai kemudian kita jalan2 keliling BG Junction dan mendapat telpon bahwa Manda, Vina baru saja tiba di food court… :( wah, kita masih menurunkan isi perut dulu nih. Jadilah setengah jam kemudian baru bertemu teman2 yang baru yaitu Manda, Vina, Dita aka Syahwinda dan Fahmi. Oya Pei juga nongol kurang lebih pada waktu yang sama dengan mereka, tentunya dengan kacamatanya ;)

Kubu Manda dkk, ternyata sudah menghabiskan rujak madura, dan kemudian mendapat kiriman RC Sedati. Pei juga kepingin tau rasanya rujak soto pesan 1 dan share sama saya, dan Herru nongol dengan Bakso A Fung. Sambil makan babak ke 2 ini kami berusaha saling mengenal, tukeran alamat blog masing2.

Oya kalo menurut Vina nih Sebenarnya sih saya bukan penggemar pedas. Tapi kalo rujak rasanya manis...wah buat saya jadi ilfil. Itu kesan yang saya dapat waktu nyoba Rujak Sedati yang dipesan Mbak Manda. Selain itu juga potongannya, yang menurut saya kurang imut dikit. Jadi rasanya penuh di mulut.

Trus untuk Rujak Madura, it's ok actually. Sayangnya bumbunya, menurut saya, kurang sip. Mungkin karena tidak pakai petis madura yang rada-rada gurih itu. Untuk Rujak Soto sih saya memang dari dulu nggak tertarik. Aneh aja rasanya makan rujak dicampur kuah soto. Meski teman-teman saya yang dari madura bilang yahud (ya iya lah!), tapi masih belum kepingin coba. Yah, mungkin lain kali.

Nice to meet u friends, sampai ketemu di kopdar selanjutnya, ditunggu juga reviewnya tentang festival rujak ini.

Oya buat foto, daftar alamat, di bagian 2 postingan ini ya...

Senin, Agustus 06, 2007

Tempat makan Seputaran Ampel, Surabaya

Ini merupakan kompilasi dua posting oleh Pak Rudy Sujanto dan Astri di milis mengenai tempat makan di sekitar Ampel. Nyaris tidak ada bagian isi postingan yang dihilangkan.

- Warung/Resto Yaman:
Favorit saya untuk dibawa pulang: kambing oven yang ukurannya kira-kira setengah panjang kaki kambing–pokoknya bisa untuk main pentung-pentungan kayak Flintstone. Sayang sekali ruangan makannya puanas dan kotor, jadi nggak pernah deh makan disana. Lagipula saya hampir selalu makan kambing oven dengan wine, ‘kan malah bisa dipentungi dengan paha kambing tadi kalau saya nekat minum disana, hehehe…

- Al Mutlik :
Sebenarnya ini langganan kami dulu, sebelum pindah ke ‘Yaman’ persis disebelahnya. kami tinggalkan karena cara masaknya semakin gak karuan, blas gak ada QC dari bosnya yang duduk-duduk dibawah potretnya di dinding.
Telp: (031)3578078

- Jumbo
Ini resto yang mencoba mengangkat kuliner Timteng di Arab Street menjadi fast-food. Untuk kreativitasnya ini, saya perlu mengacungkan jempol. Tempatnya memang nyaman dan bersih, seperti yang dikatakan Manda dalam blognya. Tapi makanannya yang enak cuma sup marak kambing (semacam light, clear soup tapi tetap dengan aroma TimTeng). Nasi kebulinya, dan nasi-nasi yang lain, terlalu nyemek. Kambing bakar atau ovennya ukurannya terlalu “sopan” dan rasanya biasa-biasa saja. Terus kami hampir saja pernah “diusir” oleh karyawannya hanya karena mereka sudah ogah melayani karena hampir tutup!

- Warung Madinah
Ini juga enak, tapi biar Astri yang cerita. Sayangnya hanya buka untuk lunch.
Mulai dari sini Astri yang cerita:
Kalo soal Warung Madinah, referensi saya sebenarnya gak banyak. Orang baru ke sana 1 kali pas ambil kambing oven itu tok. Dulu yang sering ke sana suami saya, semasa masih banyak kontak dengan orang2 Ampel. Warung Madinah ini terletak di Jl. Kalimas Udik (jalan kecil samping hotel
Grand Kalimas) telp: (031)3524235; barang kali mau pesan sesuatu. warungnya kecil, gak jauh beda lah kayak Yaman, dapurnya rungsep hehehe… Cuma di kalangan jama’ah (alias keturunan arab) warung ini yang ngetop, makanya sering tutup karena mereka lebih memilih melayani pesanan. Kalaupun buka dia hanya buka dari jam 8 pagi sampai siang/habis (sekitar jam 1 siang).
So waktu itu, saya yang berencana mengajak makan malam jadi batal, cuma sang pemilik memberi alternatif bahwa dia masih memiliki 5 potong kambing oven seharga @21 ribu dan 10 buah roti maryam @ 3 ribu, yang bisa dibawa pulang. Jadilah kami menjemput kambing oven itu di war mad melalui pintu samping dan bisa melihat dapurnya rungsep :D
Yang jelas, kambing ovennya ok, pada saat kami makan gak ada bau2an aneh, Saya aja bisa habis 1 potong, walaupun setelah dipanaskan keesokan harinya ada bau kambing sedikit. Roti maryamnya yang berukuran jumbo masih lebih enak dibandingkan roti maryamnya Yaman.

Kikil Sapi Waru Jaya

Sudah 3 tahun ini saya tinggal di daerah Waru, Sidoarjo, tapi baru malam ini saya mencoba Kikil Sapi Waru Jaya yang terletak di Jl. Raya Waru, setelah pabrik biskuit UBM kalo dari arah selatan.
Kalo lewat warung kikil ini selalu ramai, dipenuhi orang dan parkiran di depannya juga selalu penuh, maklum tempatnya kecil banget. Daya tampungnya sekitar 16 orang aja, itupun berdesak2an.



Tidak lama setelah duduk datanglah si kikil yang langsung yang potret :)



kemudian saya mulai mencicipi kuahnya yang cukup berbumbu tapi tidak terlalu berat dan sama sekali tidak pedas, ada potongan2 kacang tanah kasar yang ikut nimbrung. Kemudian saya mencicipi kikilnya yang ternyata cukup empuk, dan tidak amis kata suami saya. Oya sebagai teman makan kikil ini disediakan sebotol kecap dan sambal ulekan cabai rawit yang tidak terlalu pedas (kalo ini subyektif banget lho ya). Saya yang gak suka manis, hanya menambahkan sambal yang ternyata memperkuat rasa kuah kikil.
Hanya saja saya tidak menghabiskan kikil yang saya pesan, bukan gak enak, tapi saya terus mbayangin sikilnya sapi, jadinya gak kolu buat makan :( dan boleh gak percaya, tapi ini baru kedua kalinya dalam hidup saya makan kikil.

Overall, kikil yang dihargai 7000/porsi + lontong 1000/porsi ini sebenarnya bisa dibilang enak buat yang tegaan kalo makan. Kalo ada yang suka makan kikil saya merekomendasikan untuk datang ke tempat ini. Oya, warung Kikil Sapi Waru Jaya buka mulai jam 4 sore sampai jam berapa ya?? yang jelas jam waktu saya datang ke sana jam 8 malam masih rame kok.

Trus kalo ada yang berminat memesan bisa menghubungi
Jl. S Parman III/47 Telp:(031) 8534137

Sabtu, Agustus 04, 2007

Monkasel


Monkasel atau Monumen Kapal Selam yang terletak di Jl. Pemuda, di pinggir Kali Mas, Surabaya, merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di tengah kota Surabaya. Monkasel ini dibuat dari kapal selam yang pernah digunakan oleh TNI AL, yaitu KRI Pasopati dengan nomor 410. Kapal selam jenis SS tipe Whisky Class buatan Rusia tahun 1952 ini mulai dipakai TNI AL sejak tahun 1962 dan berakhir pada tahun 1987. Kapal Selam ini sempat dipakai dalam beberapa operasi di antaranya untuk merebut Papua dan Timor Timur (yang sekarang sudah lepas lagi).
Untuk memasuki lokasi Monkasel, kita harus membayar tiket masuk sebesar 5000 rupiah per orang yang dapat digunakan untuk memasuki kompleks Monkasel, masuk ke dalam Monkasel dan menonton Video Rama mengenai sejarah Monkasel.

Di dalam Monkasel sendiri, kita akan dapat melihat bagian dalam kapal selam, yang sudah diperbaiki dan tetap mempertahankan bentuk aslinya, seperti Perwira Lounge, Ruang Bintara/ Tamtama, kabin kapten yang alamak kecil sekali (kayaknya saya gak akan muat di sana), Pusat Informasi Tempur, Ruang Torpedo, dan bahkan ada Periskop yang masih bisa digunakan untuk melihat Jl. Pemuda.
Ruangan2 yang relatif kecil, membuat saya berpikir, apakah mereka tidak merasa sumpek ya di sana? Kayaknya orang yang punya fobia di ruang tertutup (claustrophobic) gak bisa bergabung jadi awak kapal selam. Belum lagi untuk berpindah antar ruang harus melewati pintu berbentuk bulat yang sangat kecil dan rendah sehingga untuk mengunjungi Monkasel ini tidak dianjurkan memakai rok.
Oya, saat pertama kali dibuka, ruangan di dalam monkasel terasa sejuk dengan pendingin ruang meskipun dengan banyak orang di dalamnya, tetapi saat saya mengunjungi Monkasel beberapa hari yang lalu, tidak semua pendingin ruangannya berfungsi sehingga terasa panas meskipun yang datang hanya kami berdua.

Setelah keluar dari Monkasel, kami berpindah tempat untuk menyaksikan Video rama yang berdurasi 17 menit. Sebenarnya, pemutaran Video rama memiliki jadwal tetapi karena yang datang hanya kami berdua, maka kami tidak perlu menunggu jadwal pemutaran video berikutnya.
Secara umum, video ini berisi mengenai sejarah singkat divisi (bener gak nyebutnya) Kapal Selam TNI AL yang berpusat di Surabaya. Jumlah kapal selam yang pernah dimiliki TNI AL sebanyak 10 buah dan salah satunya adalah KRI Pasopati ini.
Melihat video ini membuat rasa kagum atas para anggota TNI AL dalam menjalankan tugasnya menjaga negara. Apalagi dengan motonya yang dibahasaindonesiakan menjadi Tabah sampai Akhir. Agak2 merinding gimana gitu lho… Apalagi kita sudah jarang melihat film2 perjuangan, banyaknya nonton sinetron atau film bioskop.

Di bagian luar monkasel ini terdapat kafe yang menghadap Kali Mas yang tumben pada hari itu gak terlalu bau dan kotor :), panggung hiburan yang ternyata digunakan untuk pentas dangdut :( sayang banget ya… Tapi mungkin hal ini dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke sana.
Hanya saja sayang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan bahari yang mungkin lebih dapat meningkatkan pengetahuan, rasa nasionalisme, dan kebanggan masyarakat Surabaya atas monumen ini.
Mungkin salah satu tugas milis wisatasurabaya kali ya….

gambar: Surabayatourism.com

Jumat, Agustus 03, 2007

Jalan2 dari FJB sampai Baso Granat

19 Juni 2005, Penulis: yuyun

Cerita berawal dari kumpul kumpul untuk melihat Festival Jajan Bango yang cukup mengegerkan wong suroboyo. Berhubung warung warung di festival sudah terlalu banyak penumpang yang antri, maka otomatis hawa panas surabaya cukup membuat naga2 di perut para Musketeer berteriak melawan. Setelah haha hihi dan huhuhu serta hehehe dengan kepala suku JS, yang memang sedang sibuk dikerubuti fansnya, maka kami memutuskan untuk keluar pinggir kota mencari makan. Loh yang di FJB ? Alaa mak, udah hampir pada habis. Yang jelas, alhamdulilah acaranya rame gitu aja..
Trus, ketika sang superstar Soni ditemani 3 cewek sudah datang, kami segera memutuskan pergi dan pamit dari kepala suku JS. Soni terpaksa meninggalkan 3 ceweknya. Maklum dengan keluarganya sendiri Soni lebih merasa manusiawi (heheheh).

Dengan menumpang kereta Pei Pei yang ditarik pak Kusir Jimmy Tan, gerbong yang berisikan 8 orang menuju ke Pak soleh. Why pak Soleh ? alasan pertama sih pengen leyeh-leyeh sambil makan makan gizu.. Kok gak takut ?. Ya, enggaklah. Kita kan makannya apa saja kok (sorri pinjam tagline-nya SUMANTO). Kami tidak terpengaruh oleh isu yang santer katanya pake mayat mayat. Perut lapar lebih banyak mempengaruhi kami. Warung pak soleh terletak masuk di desa di perbatasan sidoarjo pasuruan malang pas keluar tol gempol. Loh bingung kan ? Ya, posisinya memang begitu di tiga kabupaten.

Sesampai di Pak soleh, kami segera hunting tempat leyeh-leyeh. Segera dengan sigap, sang kepala sekolah Rudy S, memesan makanan untuk murid muridnya. 2 buah ayam goreng, gurami goreng, lalapan, sambel terong, tahu, tempet penyet, es sinom dan es beras kencur. Segera terobati rasa lapar yang menyiksa, ketika nasi pulen bercampur ayam goreng, ditemani sambel dan lalapan. Tapi kalo menurut saya pribadi, sambel terongnya ok. Terongnya digoreng terasa manis dicampur dengan bumbu kacang dan kelapa. Enak banget.

Ayam cukup enak lah, meski agak manis dikit. Es beras kencur cukup ok juga, begitupun sinomnya. Setelah Bapak kepala sekolah mengabadikan moment moment, ibu erni, kep Sex (pake xxx ya bukan k), membayar makanan. Dengan kaget, mataku hampir copot, hidangan begitu banyak ternyata cuma abis 90 ribuan. Otomatis arisan cuma bayar sekitar 11 ribu. Aduh under budget dong !!!....hmmm...aman aman, posisi uang masih bisa buat makan makan lagi...

Setelah kenyang, ternyata sang kusir mau mengajak meninjau vila di trawas. Kami sempat menikmati pemandangan indah disana. Sang kepala sekolah juga mengabadikan moment bersejarah murid2nya. Puas meninjau vila, kami memutuskan untuk pulang.

Eit, bentar ....kok laper ya ? tapi masih kenyang, tuh kan...dari hasil diskusi akhirnya diputuskan untuk tidak menyantap makanan berat. Pilihan jatuh pada baso granat yang ada di daerah gempol mau masuk tol. Seingat saya dulu, baso itu enak. Maka sang kusir memparkir gerobak di baso granat. Dengan sigap, segera kami pesan 8 mangkok baso. Pei pei dan sang kusir punya inisiatif membeli ote-ote porong dan baso hiwan goreng.

Ketika baso datang, kami segera menyerbu. Bagi saya, tidak ada yang spesial. Dulu baso ini lebih enak. Tapi saya lihat teman2 mangkoknya dah bersih semua. Ah, mereka tidak komentar apapun soal rasa. Its ok, no problem kok. Saat baso habis, masih ada satu kesibukan lagi yang diberikan Pei pei, Ote ote porong. Awalnya Astri dengan malu cuma ambil sepotong dan dishare dengan herru, bu erni share dengan pak rudi, Jimmy sih satu ote2 sendirian. Tapi lama-lama ote ote pei pei abis juga tanpa disadari. Karena saya lagi sakit tenggorokan, maka cukup ambil hiwan goreng. Cukup enak dicampur dengan kuah baso.

Jam mulai bergerak. Malam mulai merayap, dengan perut kenyang dan puas setelah jalan jalan kami segera pulang. Esok pagi harus bekerja, perlu istirahat dulu...

Terima kasih, Jimmy sang driver; Pak Rudy n bu erni, the supervisor; Astri "the cleaner food lady"; Herru, the man with big stomach for storage; Pei pei, for your nicest car, kapan traktir lagi ?, Sonni, funny man and Yuyun, most beautiful honest kind lady (jadi gak enak nih).

Restaurant Sze Chuan

11 Mei 2005, Penulis: Muriani

malam itu baru tiba dr jkt, langsung pulang mandi dan berangkat deh. pas liat jam, astaga udah jam 7 lewat. so, aku kabari kalo aku telat. wah jadi gak enak nih pertama kali nongol telat lagi. kuatir juga kalo dikerjain :-( berbekal PD yg tinggi meluncurlah ke sana.

well.. pas datang agak bingung juga.. karena teman2 udah in action.. and aku didepan pintu sambil bengong.. eh.. gak taunya langsung diajak ikutan foto2. setelah itu baru kenalan.. ternyata oooohhhhhhhh ternyata...... sambutannya huanggaaaatttt tenan. serasa diantara teman2 lama (thanks friends atas sambutannya). langsung akrab. banyak tertawanya... semuanya 16 member yg pul... kumpul.. and rameee sekaleeee... bayangkan aja 16 orang yg doyan makan and guyon lagi kumpul.. hebohhh banget... ada bpk & ibu Rudy, Herru S, Mbak Yuyun, Soetjipto, Pak Hengky (dr house of sampoerna), Jimmy T, Lily Choo (from malaysia), Elvira, Astri, sony, Gwan, Lina, Anwar dan Murni.

after kenalan..... acara utama dimulai.. eng..ing...eng.... menu pembuka adalah..... bakcang ala Rudy's family.

masih sungkan2 nih mau makannya so, icip2 dulu deh.... ambil 1/4 bagian dan pas ada dagingnya. dengan wajah penuh curiga kulihat dagingnya.. ternyata ayammm bhookkk... wuiihhh enaknya. baru kali ini makan bakcang ayam. (boleh juga nih idenya pake ayam).. biasanya kalo makan bakcang cuma ebi, kuning telur and ketan yg kumakan. sedangkan dagingnya kusingkirkan jauhhhhhh...... banget diujung piring

sambil icip2 mata melirik ke hidangan yg sudah diantar ke meja... Ayam goreng Sze Chuan, mapo tofu, hotplate tahu seafood, po cay, ikan kerapu shiu chao.... kelihatannya sih enak.. nyam..nyammm...nyammmm.... dengan diiringi musik alami yg merdu, satu persatu piring-piring mulai tandas dan bersih.. terutama meja sebelah... tak ada yg tersisa.. sedangkan dimeja kami makannya pelan2 (konon sambil dinikmati...) ternyata ada 1 hidangan yg cross border (alias pindah ke meja sebelah) yaitu ikan kerapu. setelah berpindah, ludes juga itu ikan. (kasiaaannn si meongg gak dapet jatah)

Kemarin tuh kami terbagi atas 2 blok yaitu blok "Gragas" dan blok "Ja-im". Disebut "Gragas" (terj: Rakus) karena mereka dengan cepat menghabiskan apa saja yang ada di atas meja makan kecuali piring, gelas, serbet, dan ... sayur.... Huahahhahaha :). Keliatannya yg pro makanan sehat harus marah nih sama anggota gank "Gragas". Tapi harap maklum aja, di kelompok tersebut memang kelas berat semua baik dalam hal ukuran tubuh maupun panjang usus! (alias daya tampung perut) Huahahaha. Lah gimana lagi, sementara di blok "Ja-im" makanan masih banyak tersisa, di blok "Gragas" mereka sudah dengan sukses menandaskan makanan dan bahkan...... (guys terpaksa bongkar rahasia ya) ... mereka sudah mulai nyindir-nyindir blok "Ja-im" untuk menyumbangkan makanan (yang tentu dengan semangat '45 ditolak mentah-mentah) hehehehe.

Sebenarnya sih.. ada satu "penyusup" di blok "Ja-im" yaitu Jimmy. Dia tuh yang berperan bueessssaaaarrrr dalam menghabiskan makanan di blok "Ja-im". Jim... jaga tuh perut biar nggak tambah maju hehehehehe. Dia juga yang berperan aktif dalam menolak cross-border, meskipun akhirnya harus mengalah karena ususnya sudah penuh semua hehehe.

Tentang makanannya, ya in general sih lumayan lah meskipun mungkin tidak termasuk kategori "sangat enak". Mapo tofu dan hotplate tahu seafood bisa lebih dinikmati dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada yang spesial dari po cay. Demikian pula dengan Ikan Kerapu (makanya cuma tinggal jenis ini cross border) Ayam goreng cukup empuk dan masih bisa di apresiasi. Kesimpulannya, jangan lupa untuk memesan Mapo Tofu dan hotplate kalo berkunjung kesana. Oh ya, santap hotplate selagi hangat, karena kalau sudah dingin, rasanya agak terdegradasi.

after makan2 ada break... dibagilah wine yg di bawa ibu Lily. mulai icip2 wine nehhh.. (dan ternyata minum wine itu ada seninya bhok, mau berguru ahhhh ama pak Rudy)
ehhh ternyata masih ada menu yg keluar. entah memang diatur gitu kali ya sbg hidangan pamungkas or ada maksud lainn.. tengg..tengg.. tengg... hadirin sekalian inilah...... lindung chao yuen... rasanya olala... garing... dan lumayan empuk.. Jangan lupa cocolkan juga dengan lombok kecap (kombinasi kecap asin dan potongan cabe rawit). Cita rasanya akan meningkat.
secara keseluruhan lumayan deh rasanya.. cuma rasanya sih gak terlalu istimewa banget. (friends...... sorry nih gak isa review makanan....)

setelah semua piring bersih. masih ada dessertnya yaitu cake. (sorry sekali lagi gak tau namanya dan sapa yg bawa) rasanya.... ehmm...ehm.... lupa (jadi malu nih) yg teringat hanyalah kelembutan dan manisnya. Satu hal, disini lagi-lagi terjadi "diskriminasi" hehehehe. Meskipun blok "Ja-im" yang dipotongin duluan, tapi potongan blok "ja-im" lebih kecil dibandingkan potongan blok "gragas" hehehehe (itu protest dari si 'penyusup' lho). Sebenernya sih ya nggak beda-beda amat kok, emang ada yg bisa potong kue dengan sangat simetris Jim? Wahahaha ngaco deh 'penyusup' satu ini.
gak terasa udah jam 10 malam n waktunya go home. mumpung blm diusir, maka pulanglah kita semua. perut kenyang, teman yg baik dan rame juga ketemu guru wine yg baik, Pak Rudy. lengkap sudah kebahagiaan hari itu..

ahhh serasa di surga deh..

oh ya, hampir lupa, total kerusakan IDR 41.000 pp. so, dengan berakhirnya acara berakhir pula reviewnya. See you in Portofino next wednesday.

Kampoeng Bamboe

Maret awal 2005, Penulis: Jimmy

Dag, dig, dug juga sih (kayak mo ketemu pacar aja huahaha). Maklum sebagai ‘barang baru’ kan ada kuatir kalo di kerjain oleh para ’sesepuh’, en ternyata memang bener2 dikerjain disuruh bikin review.
Alamaaakkkk… nggak ada persiapan blas, dul. Tiwas nggak inget dengan cita rasa makanan, speciality-nya, dll. Meskipun udah dengan semangat’45 nolak2. Tapi dengan ancaman ‘halus’ akan di-ban oleh Mod, apalagi peserta yg lain dengan aklamasi menyetujui, akhirnya mo tidak mau harus mau :( hikss.

Acara jam 19.00, saya tiba jam 19.30. Mampir ke ATM dulu, ngisi perbekalan rek. Seperti biasa, begitu sampe di meja, langsung kenalan. Ada Heru, Astri, bu Erni, Yuyun, saya sendiri, Anwar (yg datang sesaat sebelum the feast began, Just In Time hehehe), Rudy, Pak ? (saya lupa namanya), Yohan, Pak ? (lupa juga). Terus waktu mau selesai makan, juga tambah 1 peserta lagi. Impresi pertama, wow ternyata saya yang paling muda nih, padahal saya aja sudah 1/4 abad lebih hehehe. Tapi mereka semua tampak awet muda, seger, dan konyol huahaha. Bayangin, dari mulai sampe akhir ketawa-ketiwi terus (kecuali waktu ngunyah dan nelan tentunya).

Menune
Nggak lama setelah Pak Anwar tiba, makanan keluar. Patin Woku dalam mangkok yg besar, kuahnya seperti lodeh tapi lebih hijau dan berisi ikan patin (yo jelas toh, kalo isinya kakap nanti namanya kakap woku hehehe).

Karena ini resto seafood (ngakunya sih), keluar juga Kepiting. Kepitingnya 2 ekor, lumayan besar juga dengan bumbu berwarna merah yang banyak (serasi dengan tema imlek tuh).
Ikan sudah, kepiting juga, tentu nggak lengkap tanpa udang kan. So, keluarlah tuh Udang Goreng tepung. Porsi waktu itu berisi sekitar 6-8 ekor (kelihatannya udang size 25 ya mbak Yuyun?).
Gurami goreng sebagai pelengkap daging-dagingan. Prediksi saya, berat gurami tersebut antara 7-8 ons. Lumayan lah.

Kata dokter, kalau makan harus seimbang antara asupan protein dan serat. Lah kok ya kebetulan juga ada member dokter (yg segera akan jadi asset yg sangat berharga bagi milis ini). Cah Kangkung dam Cah Tauge sebagai penyeimbang serat.

Icipane Rek
Secara garis besar, selain Patin Woku, tidak ada yang terlalu istimewa dari makanannya. Salah pesan menu kali ya.

Toge dan kangkungnya standar aja. Kalo misalnya toge dikasih ikan asin pasti naik level sudah, apalagi kalo kangkungnya lebih gurih lagi (ditambah opo yo cak Yo? Tambah saus tiram?). Porsi sayurannya cukup banyak, kalo pesertanya tidak terlalu doyan sebagai herbivora hehehe.
Untuk kesegaran sayurnya, okelah. Kangkung dan togenya krius.. krius (huahahaha bahasane rek), renyah (nah ini sing bener), tidak keras, dan nggak layu. Oh ya, mungkin kalo misalnya tuh sayur dikasih rasa pedas, akan semakin baik.

Ngomong2 soal pedas, diatas meja, sejak semula sudah tersedia 2 macam sambal. Kesatu adalah seperti sambel bajak, kedua adalah potongan tomat diberi lombok dan bawang. Saya suka dengan yang kedua. Asam tomatnya bisa jadi penyegar, ditambah rasa pedas di sela-sela lidah dan gurihnya bawang putih. Saya coba kombinasikan cuil-an gurami goreng plus sambel tomat itu dan sejumput nasi putih yg panas. Hmmm…. nikmate rek.

Berhubung umumnya sup adalah sebagai pembuka, maka menu pertama yang saya sikat (hehehe) adalah Patin Woku. Ikannya cukup banyak dan besar, empuk lagi. Rasa kuahnya dominan asam. Saya sruput kuah tersebut selagi panas. Slurrrpp….. Asyik. Asamnya bisa menjadi pembangkit nafsu makan. Teman-teman, terutama Cak Yo, memberikan komentar paling baik untuk woku tersebut. Puas merasakan Woku tersebut.

Eh… begitu cak Yo membuka acara ’sikat habis’ tiba-tiba meja kami menjadi senyap, hanya terdengar bunyi sendok beradu dengan piring. Tak lupa “tolong ambilkan itu dong” dan ungkapan serupa lainnya. Cuma, suasana “syahdu” tersebut nggak bertahan lama. Mbak Yuyun dan Cak Yo memang jago bikin perut sakit akibat tergelak.

Lagi asik makan, kami terus ngobrol soal jembatan Surabaya-Madura. Tiba-tiba ada yang komentar bahwa sebenernya teman-teman Madura itu rajin membaca dan pintar-pintar. “Lah kok bisa?” Tanya kami. “Lah iya, coba denger kalo mereka beli Koran, kan mintanya lima kilo sekaligus” jawabnya. Huahahaha… kontan kami ketawa ngakak (sampe ditolehi sama sebelah ruang lho). Memang guyon saja (no hard feeling please), maksudnya lima kilo itu beli koran loakan untuk bungkus barang tentunya hehehe.

Tema “Jembatan Suramadu” emang pas bener jadi pengocok perut. Jokes standar seperti “WC terpanjang di dunia” dan “Mur hilang” cukup menyegarkan.

Eh kok ya, kemudian tercetus ide gila untuk “Tour de Meduroo”. Akhirnya tambah gayeng diskusinya. Nah waktu diskusi soal tour ini, kami merasakan manfaat adanya seorang dokter di acara tersebut. Hehehe bisa dimintai bantuan untuk mbolos kantor dengan surat dokter huahahaha (becanda lagi, tapi kalo serius asik juga lho).

Ditengah ngobrol, kami nambah patin woku lagi dan Gurami Bakar Rica. Gurami Rica ini lebih memuaskan dibandingkan gurami goreng biasa. Saya jadi ingat belum nyoba kepitingnya. Alhasil, sisa kepiting, ditandaskan oleh saya dan Pak Anwar (emang sudah sisa sedikit kok hehehe). Rasa yang dominan adalah rasa bawang, ada sedikit rasa manis, asam dan pedas. Tidak terlalu istimewa.
Kalo mo coba masak kepiting ini, Cak Yo dengan canggihnya berhasil klon resep tersebut hanya dalam 1 malam (hanya berdasar hasil incip-incip itu aja). Two thumbs up Cak. Keliatannya saya masih harus nyantri agak lama dengan Cak Yo untuk urusan masak-memasak (punya resep BBQ nggak? Saya doyan ujicoba resep BBQ soalnya).

Terparah adalah udang. Rasanya hambar. So plain hiks. Saya tidak rekom utk pesan ini.

Kampoeng yo Kampoeng, mung ra ngampoeng (Atmosfir)
Kampoeng Bamboe mencoba untuk mengusung tema “Restaurant bernuansa Alam Pedesaan nan Sejuk dan Artistik”. Cuma rasanya, masih jauhlah untuk disebut berhasil menghadirkan suasana desa. Di sekitar resto hanya ditanam bambu. Meja, kursi, dan desain interiornya banyak bernuansa kayu. Ada juga ruang untuk lesehan. Nuansa pencahayaannya kurang
hangat/romantis menurut saya. Coba kalo dikasih lebih banyak lampu kuning/pijar (bukannya neon putih), pasti lebih asik.

Live Music-nya juga kok rasanya tidak pas ya. Untuk alam pedesaan, masak pake musik band? Bagaimana kalo musik gamelan plus gending jawa. Mungkin lebih bisa membangun atmosfir pedesaan djawa masa laloe.

Oh ya, tersedia juga ruang tertutup lengkap dengan AC.

Segment konsumen yang dibidik adalah dari kelas menengah (petite bourgeois hehehehe) dan kelas atas (dugaan saya dari harga dan faktor lainnya). Biasanya “kelas atas” kan lebih mementingkan suasana daripada rasa. Kalo memang itu yg dituju oleh Kampoeng Bamboe, well, mereka sudah berada pada jalan yang benar hahaha. Tapi bagi budget avonturir kuliner (Terjemahan: petualang cita rasa yang mementingkan pada rasa produk), agaknya, perlu mikir ulang untuk makan ditempat ini.

Dalane (Akses Transportasi)
Untuk aspek ini, Kampoeng Bamboe dengan baik menyiapkan lahan parkir utk 60 mobil (sepeda motornya berapa ya?). Lalu lintas di jalan tersebut lancar (pada malam hari). Alternatif mencapai jalan dharmahusada tersebut juga cukup banyak, misalnya bisa lewat Jalan Kertajaya, Dharmawangsa (sampe ujung, terus belok kanan), Prof. Dr. Moestopo? (jalan depannya PDAM, bener nggak), ato dari Kalijudan. Jalannya cukup lebar.

Mulih lan rencana liyane (Pulang & What next)
Wah nggak kerasa, sudah jam 22, kami harus segera cabut pulang. Manfaat nyatanya adalah rasa senang bisa kumpul2 dengan penggila kuliner, tambah temen dan kenyang. Manfaat potensial adalah rencana “Tour de Maduroo” dan janji promosi produk Udang-nya Mbak Yuyun (again hehehe).

Investasi per-orang adalah Rp. 39.000,-. Ada 10 peserta yg makan dengan total kerusakan Rp. 394.000,-.

Well, Maduraaaa…. Here we come hehehehe :)

Battle of Sego Goreng

20 April 2005,

Penulis: Herry SW

------
Battle of Sego Goreng alias Pertempuran Nasi Goreng akhirnya berhasil direalisasikan oleh beberapa anggota Jalansutra di Surabaya, 20 April lalu.

Pertempuran yang berlokasi di sebuah rumah di Jl Klimbungan IV Surabaya itu melibatkan 4 jenis nasi goreng dan 7 partisipan. Nasi goreng berasal dari:
1. Nasi goreng Laksana Jaya di kawasan Surabaya Utara. Nasi goreng ini bagi orang Surabaya, mungkin juga rekan dari kota lain, tergolong nasi goreng merah. Pasalnya, saus tomat yang merah dijadikan salah satu bahan bakunya. Ada pula potongan udang untuk melengkapi irisan daging ayam.

2. Nasi goreng pojokan Stasiun KA Gubeng
Satu porsi Rp 4.000, sudah termasuk telur dadar yang tipis plus kerupuk udang. Sama dengan nasi goreng Laksana Jaya, nasi goreng Gubeng ini tergolong nasi goreng merah.

3. Nasi goreng Walikota Mustajab
Nasi gorengnya bukan merah, melainkan cokelat. Dicampur dengan sedikit mie, lantas disajikan dengan irisan telur ayam rebus.

4. Nasi goreng Simolawang, depan GOR Sahabat
Tampilannya serupa dengan nasi goreng Walikota Mustajab. Baik nasi goreng Walikota Mustajab maupun nasi goreng Simolawang pantas menyandang julukan nasi goreng Jawa (setidaknya Jawa Timur, karena bila dibandingkan dengan nasi goreng Jawa Tengah memang berbeda). Harga Rp. 5.000,-/porsi.

Partisipan pertempuran terdiri atas:
1. Pak Rudy Sujanto
2. Ibu Erni
3. Pak Herru
4. Pak Jimmy
5. Pak Tjipto
6. Mbak Yuyun
7. Saya sendiri, Herry SW

Supaya lebih adil, adu nasi goreng dibagi dalam dua kelas. Kelas pertama nasi goreng merah, sedangkan kelas kedua nasi goreng non-merah (alias nasi goreng cokelat).

Menurut partisipan, nasi goreng Laksana Jaya lebih sedap dan menggoyang lidah. Salah satu faktornya, barangkali adanya potongan udang. Secara umum nasi goreng tersebut mengarah ke nasi goreng ala Chinese Food.

Meski demikian, nasi goreng Gubeng juga mendapatkan catatan tersendiri. Nasi goreng yang terasa pedas di lidah itu paket standarnya telah dilengkapi dengan kerupuk udang!

Bagaimana dengan nasi goreng cokelat? Menentukan nasi goreng cokelat yang favorit ternyata tak semudah menetapkan nasi goreng merah favorit. Sempat terjadi perdebatan di antara partisipan. Namun, akhirnya lahir pula penilaian bahwa nasi goreng Simolawang berhasil membuat nasi goreng Walikota Mustajab bertekuk lutut. Salah satu dasar pertimbangannya, nasi goreng Simolawang lebih kaya rasa.

Untuk menggelontor nasi yang barangkali tersendat di kerongkongan, tersedia Coca Cola, Sprite, es batu, plus Aqua. Sedangkan sebagai penambah selera, Mbak Yuyun membawa udang berbalut tepung (apa ya namanya, Mbak?) dan semacam lumpia (saya juga nggak tahu namanya. Mbak Yuyun.... tolong dijelaskan dong).

Usai perut terisi, partisipan melakukan berbagai perbincangan santai. Mulai pengalaman naik gunung hingga berdiskusi tentang rencana menonton lelang bandeng, karapan sapi, dan ludruk. Tampaknya, yang bakal direalisasikan adalah nonton ludruk. Waktu dan tempat belum ditentukan.

Sempat pula disinggung, usai bebek goreng dan nasi goreng, apa lagi makanan yang bakal ditandingkan. Ide yang sempat tercetus, antara lain, pangsit mie, soto, dan sate. Tetapi, sampai pertempuran berakhir, kami memang sengaja belum memutuskan apa pun.

Tanpa terasa, pertempuran yang dihelat mulai sekitar pukul 19.30 telah berlangsung hampir 3 jam. Beberapa menit menjelang pukul 22.30 partisipan, kecuali Pak Rudy dan Bu Erni, meninggalkan medan laga.

Sekian sedikit laporan singkat dari saya. Mohon maaf kalau tulisan ini jauh dari sempurna. Maklum, masih belajar. :)

Rawon Setan (An Update)

Rasanya agak sedikit basi ya membahas rawon setan lagi, kayaknya pada banyak udah tau deh.
Warung Rawon yang mangkal di Jl. Embong Malang 78 I Surabaya alias seberangnya hotel JW Marriott, asalnya terkenal menjadi ‘setan’ karena jam bukanya yang cukup larut yaitu jam 11 malam, untuk meladeni para ‘setan’ yang keluar malam :D

Terakhir kali saya mencicipi rawon ini sekitar bulan Spetember 2005, menjelang keberangkatan saya PTT ke NTT. Saat itu Rawon Setan masih buka malam saja dan tidak buka ‘cabang’ di tempat lain, dan tempatnya berupa tenda yang berisi beberapa buah meja dan bangku. Alhasil, untuk menikmati Rawon Setan saya harus mengantri, menunggu orang yang duduk di depan saya selesai makan. Penuh dan hiruk pikuk orang mengantri dan memesan makanan.


Seiring waktu, saya baca di iklan koran saat ini ada rawon setan Mbak Endang yang buka beberapa cabang di berbagai penjuru kota Surabaya, belum lagi rawon setan Bu Sup. Padahal kalo saya lewat di depan jalan Embong malang, tulisannya Rawon Setan tidak membuka cabang di tempat lain.

Termakan rasa penasaran dan kebetulan kedatangan seorang kawan SMU waktu di Bandung dulu, jadilah kami berdua mencicipi rawon setan yang sekarang sudah mangkal di sebuah depot di belakang lokasi tenda yang dulu saya datangi, dan juga sudah buka pada pukul 20.30.

Rasa rawon sih masih seperti yang dulu, dengan potongan daging yang cukup besar dan empuk, berkuah ringan sedikit berminyak dan cenderung asin. Sayangnya, mereka kehabisan telur asin yang dulu menjadi teman makan saya. Telur asin di sini cukup enak, asin, dan masir. Cocok buat lidah penggemar asin seperti saya.


Pas melihat daftar menu saya mendapati tulisan waktu buka depot yaitu hari Rabu – Sabtu dari pukul 18.30 – 03.30 WIB. Setelah saya konfirmasi ulang, depot itu memiliki 2 pengelola yang masih bersaudara. Di hari dan jam selain yang disebut di atas, sang saudara inilah yang mengelola depot.

Apa perbedaan rasa dengan yang berjualan hari Rabu – Sabtu? Saya belum bisa menjawab dulu, semoga dalam waktu dekat bisa saya cicipi lagi.

Oya, meskipun tanggapan dari masyarakat Surabaya cenderung biasa saja, mungkin karena pernah merasakan rawon lain yang lebih enak (tunggu postingan tentang battle of Rawon)  saat saya makan beberapa hari yang lalu masih bareng Nico Siahaan lho…


Oya kalo mau baca review saya beberapa tahun yang lalu silakan klik di sini

Battle of the Bebeks

26 Maret 2005, 18.00-22.00

Penulis: Sony.

Akhirnya kita bisa melaksanakan battle of the bebeks atau "blind testing" (dengan sedikit intip-intip) yaitu ajang belajar melakukan pembandingan makanan sejenis secara lebih "bisa dipertanggungjawabkan", untuk mengakhiri perdebatan panjang diantara sesama anggota JS tentang bebek goreng mana yang paling enak. Acara ini dipandu dan sedikit dimarahi (karena kita terlalu banyak komentar - secara teori gak boleh komentar yg mempengaruhi tester lain) oleh Mbak Yuyun (profesional dalam bidang food processing- yang ini beneran). Dan diikuti oleh 16 anggota JS (kalo dihitung nyawa- kalo dihitung kapasitas perut kalikan tiga atau empat he ...he … he) sebagai panelis, yang berdomisili di sekitar Surabaya, Pada tanggal 26 maret 2005 mulai jam 18.00 bertempat di Jagalan, tempat tinggal Ibunda Bu Erni (atau Mertua Pak Rudy "Kepala Sekolah" Sujanto, yang Bakcang buatan-nya dipuji-puji Pak Bondan…. Wah jadi pingin).

Testing ini diikuti oleh tiga bebek goreng terkenal di Surabaya: Bebek "Papin", Bebek "Pak Komar", Bebek "Rock Quartet" (Karang Empat), Kenapa tiga ini yang dites … karena yang sempat terbeli cuma tiga itu …. Eh nggak kok … anggapan awal kita, kalo lebih dari tiga bebek yang diuji, para peserta merasa bingung dan kekenyangan, anggapan yang "seribu persen salah" karena definisi kata "kekenyangan" sulit dimengerti oleh para anggota JS. Selain bebek ada "bintang tamu" yaitu Tempe Goreng (bawaan dari Anggota baru …..lupa nih namanya ...) dan Udang ….. -gak tahu "judul"nya apa- … pokoknya enak (bawaan dari Mbak Yuyun yang lolos dari pemeriksaan security tambak), yang ternyata tidak mengurangi kapasitas perut para anggota, dengan bukti semua habis… walau dengan alasan klasik bersih-bersih meja makan.

Ok, kembali ke masalah testing …. dari tiga bebek goreng tadi, setelah ketiganya ditaruh diatas meja dikelompokkan dengan bumbu dan sambal masing-masing dengan diberi nomor kode untuk menyamarkan warung asal. Bebek goreng tersebut diamati dan dirasakan beberapa bagiannya yaitu rasa, tekstur dan penampilan. Dari masing masing item tadi para panelis diharapkan mengisi pilihan : like very much, like, neither like or dislike, dislike atau dislike verymuch. Tiga pilihan terakhir ini memang sedikit membingungkan para panelis dari anggota JS karena kita terbiasa menilai makanan adalah enak / suka dan enak sekali / suka sekali …. :).

Tapi para anggota JS juga membuat Mbak Yuyun sebagai pemandu bingung….. Berdasar pengalaman para panelis mengambil sampel cuma secuilĂ‚…. Lha ini para panelis dari JS ambilnya sepiring tiap sample bebek …...ha ha haha. Berikut ini hasil pooling hitungan Mbak yuyun, tapi saya potong dan saya ambil kesimpulan aja. (kalo ada yang tertarik dengan hasil tes pollingnya lengkapnya, bisa japri saya).

Tes ini menguji rasa, teksture, dan penampilan; dengan responden sejumlah 16 orang.

Percentages Tingkat kesukaan rasa bebek:
papin (kode 417) 35,15%
Komar (kode 751) 33,94%
Kr empat (kode 342) 30,91%

Percentages Tingkat kesukaan teksture bebek:
papin (kode 417) 36,90%
Komar (kode 751) 29,17%
Kr empat (kode 342) 33,93%

Percentages Tingkat kesukaan penampilan bebek:
papin (kode 417) 37,58%
Komar (kode 751) 28,48%
Kr empat (kode 342) 33,94%

Itu aja kesimpulan utama pollingnya Bebek war di Surabaya. Mungkin responden dan bebek yang di diuji, terlalu sedikit. Tapi itu semua proses belajar agar kita bisa menentukan makanan itu enak beneran atau hanya gosip dan main dukun ….. hahahahah

Btw … ternyata acara ini jauh lebih ramai dan mengharukan dari yang kita perkirakan. Dikarenakan dua anggota kita pada kesempatan yang sama pamitan pindah tempat kerja yaitu Mas Arry "Mad Max" Adiwijono akan pindah ke Jakarta (keluarga JS jakarta …. tolong yang satu ini dijagain karena udah langka, dan harus diberi makan tiap dua jam karena dalam masa pertumbuhan). Dan Mas Cipto yang akan pindah kerja di New York - jauh bener - … tapi aku Cuma bisa ngomong "Good Luck". Dan doakan kita semua bisa "Pintong" di Jakarta atau New York. Dan melepas untuk sementara satu anggota yang akan jadi Dokter-Sukarelawan di Meulaboh NAD, agar selamat dan bawa oleh-oleh Kopi Aceh.

Selain itu PaK Rudy juga menyuguhkan satu botol Wine sebagai penutup makan. it's very nice. NB: Terima kasih kepada Herru "Pak Lurah Surabaya" Suwandi atas Koordinasinya, Jimmy "Porn Star" Tanaya atas koordinasi dan tebengan mobilnya, Bu Erni dan Mbak Lina atas kerepotan dan tempatnya, Pak Rudi "Kepala Sekolah" Sujanto atas dokumentasinya (fotonya selalu bagus Lho … pak). Ari dan Cipto atas guyonnya -selamat berjuang di tempat baru, kawan-. Dan yang lain-lain tidak bisa saya sebutkan satu-satu atas makanan dan minuman tambahannya. Dan rekan-rekan JS, yang baru sempat ikutan kopdar, Ibu Ceyza, Pak doddy jangan kapok kumpul dengan orang-orang JS…. (dan yang lain saya belum hapal namanya ….sorry …. ). Jangan kapok ya.

Regard
Sony
Yang bikin review atas paksaan semua orang dan bermimpi handphone saya dilengkapi dengan ricecooker agar tidak lapar

Wines, Friends and Pahe

(Review Portofino 02 Maret 2005, Shangri-La, Surabaya)
Penulis: Herru

Tanggal 02 Maret lalu, saya mengikuti acara makan malam di Portofino. Ini adalah kunjungan saya yang kedua di Portofino, resto Itali di Hotel Shangri-La Surabaya. Mereka secara regular mengadakan acara Gli Amici di Portofino (Friends of Portofino), dengan menawarkan menu Itali yang cukup otentik, plus free corkage fee with BYO wine. Semua dalam paket pahe yang affordable. Karena pahe itu pula, Portofino yang sebenarnya merupakan fine dinning resto, akan bersuasana Sari Bundo kalau ada acara Gli Amici. Full house bo.

Hal pertama yang mengasyikan tentu saja pilih-pilih wine yang cocok (baca: bagus dan murah). Sebetulnya saya punya wine list untuk pemula yang saya comot dari hasil postingan teman-teman di milis, namun sayang, dari semua yang terdaftar tidak ada satupun yang tersedia. Walhasil, graduated dari wineXperience tidak serta merta menjadikan saya 'dong' memilih wine.

Satu hal yang saya amin-i dari sebagian pencerahan Ko Yo di wineXperience adalah wine yang bagus bisa berasa amburadul kalau pairingnya keliru atau gelasnya yang keliru (minum wine pake mug kopi misalnya). Karena itu, saya makin bingung untuk menentukan wine mana yang cucok untuk acara nanti, apalagi saat itu saya belum tahu menu apa yang akan disajikan. Dan terbukti kan, rose wine yang saya pilih (Valdivieso, thn 2002) turned to be a disaster one :-( Well, pengalaman itu adalah guru yang paling baik (dan mahal).

Hidangan pembuka malam itu adalah sparkling wine Jacob's Creek Chardonnay Pinot Noir. Untuk pertama kalinya saya icip-icip sparkling wine yang semriwing, enak euy, wine cap teri lagi (Wine dian'teri' Pak Rudy hehehe....) Lalu hidangan selanjutnya keju bocconcini, tomato and mesclun with basil oil and balsamico reduction. Entah karena saya berlidah sunda, keju bocconcini ini aneh rasanya, kayak makan spons. Punten pisan, belum bisa mengapresiate keju atuh da.

Untuk maincourse, ada dua pilihan main menu, yang pertama pan fried snapper beans, asparagus spars, cherry tomato and pizzaiola sauce. Yang kedua: braised classic apulla lamb leg and mushroom in white wine, garlic mashed potato and glazed carrot. Yang saya pilih malam itu adalah lamb, yang uenakk tenan. Enaknya kayak apa? Sudah lupita jones bo hehehe... Yang pasti, maincourse malam ini ditemani red bordeaux Chatteau Picampeau Lussac St Emillon thn. 1995 rasanya heavenly sekaleee. Aroma wine yang tidak terlalu semriwing (terlalu lama di decan kata Pak Rudy mah), menjadi lebih najong (ask Cindy for translation) ketika dipadu dengan lamb. Naha nya? Itu adalah 'wine and food pairing' bagi kita semua malam itu, selain membahas champagne, arti brut cuvee, ripening process dari Pak Rudy.

By the way, jauh sebelum di WineXperience 25 Februari 2005, saya sudah memperoleh 'pelajaran' tentang wine and food pairing di Portofino juga. Saat itu wine Chateau Cissac Haut Medoc Thn. 2001 yang saya cicipi, terasa sedikit pahit (metalik?) dengan seabass yang saya pesan. Tapi menjadi very lively fruity kalau kita padukan dengan beef (Saya sempet potong dikit beef Ibu Erni) dan saya menghabiskan session maincourse dengan penuh rasa iri pada tetangga sebelah saya itu hehehe...

Untuk dessert: traditional apple cake with a scoop of vanilla ice cream and citrus rind. Yang dibilang apple cake, ternyata irisan aple di-compote, terus dikasih seceplok es krim. Rasanya biasa kata saya mah. Dan saya mendapat limpahan coklat (yang sebetulnya garnish) dari sisi kiri dan sisi kanan :-)

Yang hadir, selain pasangan Pak Rudy-Ibu Erni, Lina - adik Ibu Erni yang hadir beberapa saat kemudian, hadir juga pasangan Pak Bhakti - Ibu Yuli, Jimmy dan Stephanie yang menjadi couple of the night hehehe...., dan saya yang memasangkan diri dengan kursi. Come to my surprise adalah kehadiran Lily Choo!!! Yang alamak! cantik sekalee.

Ngaku deh: saya mabok malam itu. Tapi kalau saya bilang Lily cantik, itu bukan karena alkohol, karena pada pintong tiga hari kemudian, di Ketabang Kali, either with wine or pecel, masih keliatan kinclong atuh da hehehe...

Bukan karena alkohol juga kalau malam itu saya merasa bahagia. Jadi inget beberapa hari sebelumnya, saya di-imeli Pak Rudy, mau minum wine apa kali ini? Saya jawab, anything with wonderful friends is wonderful drink Pak.

Dan begitulah adanya.

Kamis, Agustus 02, 2007

Awal

Blog ini diawali sebagai penyambung lidah milis [wisatasurabaya]. Tujuan blog (dan milis) untuk menjadi tempat berbagi cerita wisata (kuliner, kultural, sejarah, dll) di surabaya dan sekitarnya. Menjadi obat rindu di kala jauh dari kampung halaman. Menjadi info pegangan menghabiskan malam minggu sambil jalan-jalan. Dan mungkin akhirnya menjadi satu keluarga besar, keluarga besar pecinta surabaya :).

Ok, saya mengundang teman-teman untuk mendaftar menjadi anggota milis disini dan menjadi kontributor blog ini. Blog dan milis dibuat untuk kita semua.

Ayo Rek :)